Pelabuhan

Menurut KBBI pelabuhan adalah tempat berlabuh Menurutku, pelabuhan adalah kamu Tempat dimana aku harus melabuhkan segala rasa yang telah lama aku rasa Tapi sebentar, aku sedikit lupa jalan ke arah pelabuhan itu lewat mana? Sudah lama tidak singgah Apakah suasananya masih sama seperti dahulu ketika terakhir aku mengunjunginya? Sayup-sayup terdengar kabar dari warga sekitar, bahwa pelabuhan yang aku maksud. Dulunya gemerlap, kini mulai meredup. Kemana petugas pelabuhan tersebut? Apakah sudah berbeda? Malas sekali tidak mau memelihara padahal jelas mereka pasti sudah dibayar Aku harap, jika suatu hari nanti aku mengunjunginya kembali, keadaannya sudah mulai membaik, sudah seperti dulu lagi. Berharap Setra Indah, 2020

Terlupakannya Bahasa Ibu sebagai Warisan Budaya Indonesia


oleh : Ranti

“Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia”, begitulah sebagian kutipan lirik lagu nasional Dari Sabang sampai Merauke, lagu tersebut menggambarkan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang luas, dan juga begitu kaya. Baik dari segi kekayaan alam, budaya, seni, suku, maupun bahasanya. Indonesia memiliki 34 provinsi dan tiap provinsi memiliki bahasa yang berbeda, tidak hanya disetiap provinsi, bahkan disatu provinsi pun tidak hanya memiliki satu bahasa saja. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang yang menetap disatu wilayah tertentu, paham dengan semua bahasa yang ada diseluruh wilayah Indonesia. Misalnya, bahasa Jawa yang kita tahu bahasa Jawa merupakan bahasa orang-orang Jawa Timur dan Jawa Tengah, tidak semua penduduk Indonesia paham dengan bahasa Jawa, maka dari itu bahasa Indonesia hadir sebagai bahasa nasional sebagai bahasa pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote, agar adanya kesepahaman antara penduduk daerah satu dengan daerah lainnya, dengan begitu semua penduduk Indonesia dapat bersatu dengan menggunakan bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia.
            Bahasa pada dasarnya adalah suatu ciri khas makhluk sosial untuk berkomunikasi. Karena dalam ilmu komunikasi, bahasa adalah simbol bunyi yang mampu menghasilkan interpretasi efektif. Dengan bahasa, kita sebagai manusia yang memiliki pikiran, perasaan, dan akal akan dapat berkomunikasi satu sama lain, memberi makna dan menerima makna. Di Indonesia, bahasa merupakan satu dari sekian banyak warisan budaya yang harus dilestarikan dan dipertahankan, terlebih dengan bahasa daerah. Bahasa daerah yang menjadi ciri khas dan jati diri suatu daerah, suku, ras, dan golongan tertentu. Misalnya, bahasa Sunda, bahasa yang menjadi ciri dari penduduk Jawa Barat, dan bahasanya orang-orang yang bersuku Sunda. 

Penduduk Indonesia mengenal dengan adanya istilah bahasa ibu. Bahasa ibu adalah bahasa adat atau bahasa daerah, bahasa yang berhubungan dengan suatu suku atau etnis tertentu dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jika seseorang dilahirkan dikeluarga bersuku Sunda maka secara otomatis bahasa ibunya adalah bahasa Sunda, begitu juga dengan orang yang dilahirkan disuku Batak, maka bahasa ibunya adalah bahasa Batak.
Banyak sumber mengatakan bahwa beberapa bahasa daerah yang ada di Indonesia berstatus hampir punah. Hal ini menjadi bahan evaluasi bagi kita sebagai penduduk asli Indonesia yang harus dan mampu melestarikan budayanya sebagai jati diri bangsa, agar tidak terlupakan. Seiring berjalannya waktu, dengan adanya arus globalisasi, penggunaan bahasa ibu mulai terlupakan. Menggunakan bahasa ibu dikehidupan sehari-hari dianggap jadul, kampungan, bahkan dianggap tidak gaul. Bukan berarti menggunakan bahasa asing tidak dibolehkan, bahasa asing cukup penting untuk dipelajari, namun bahasa ibu jauh lebih penting untuk dipelajari karena menyangkut jati diri bangsa dan keberlangsungan bahasa ibu itu sendiri. Namun terkadang ada sebagian orangtua yang sengaja tidak mengajarkan bahasa ibu kepada anaknya, semata-mata agar anak tersebut terbiasa menggunakan bahasa Indonesia, dan menomor duakan bahasa ibunya. Tidak hanya karena arus globalisasi, faktor politik, ekonomi, perkawinan antar suku, penutur bahasa yang berkurang pun, menjadi faktor bahwa bahasa ibu keberadaannya mulai terlupakan.

http://www.piyunganonline.co/read/jangan-korbankan-bahasa-ibu.html

Faktor politik, misalnya dengan adanya kebijakan pendidikan dari pemerintah yang tidak mewajibkan setiap sekolah mengadakan mata pelajaran bahasa daerah, menjadi satu dari sekian banyak pemicu terlupakannya bahasa ibu. Faktor ekonomi, karena himpitan ekonomi maka terjadilah urbanisasi, masyarakat lebih memilih bekerja di kota dibandingkan dengan di desa. Karena dari segi upah di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Hal ini menuntut orang desa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa ibu lagi, karena penduduk di kota lebih heterogen. Seiring berjalannya waktu tanpa disadari orang tersebut akan meninggalkan dan bahkan lupa dengan bahasa ibunya. Perkawinan antar suku,  menjadi satu dari beberapa faktor juga yang menjadi sebab harus dikembalikannnya bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Perkawinan antar suku, misalnya perkawinan yang terjadi antara orang Sunda dan orang Batak. Orang bersuku Sunda tidak paham bahasa Batak dan begitupun sebaliknya. Kelak jika pasangan tersebut memiliki keturunan, pada akhirnya mereka hanya akan menggunakan bahasa Indonesia pada kehidupan sehari-harinya.
Orangtua, berperan sangat penting dalam mengajarkan bahasa ibu kepada anaknya. Orangtua merupakan orang pertama yang mengenalkan bahasa, baik itu bahasa isyarat, bahasa tubuh, ataupun bahasa yang dilisankan. Baik buruknya seseorang dalam berkomunikasi, terutama dengan menggunakan bahasa, akan mencerminkan bagaimana seseorang tersebut dididik oleh orangtuanya dulu, karena dengan lingkungan seperti apapun tetap saja kebiasaan dirumah akan terbawa pada kehidupan sehari-harinya.
Rumah merupakan sekolah atau madrasah pertama, anak sebagai muridnya dan orangtua sebagai gurunya, yang pada hakikatnya jika di sekolah maka murid tersebut harus patuh dan mengikuti apa yang diajarkan oleh gurunya. Orangtua harus mengajarkan bagaimana caranya berbahasa yang baik, bertutur kata yang baik, dalam hal berbahasa daerah, bahasa ibu yang ia miliki. Bagaimana pun orangtua harus bisa mengajak anaknya untuk menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari, minimal mempraktikannya dilingkungan rumah, bersama ayah, ibu, kakak, adik dan anggota keluarga lainnya. Sehingga anak pun dapat dengan mudah mengaplikasikannya dilingkungan luar rumah. Oleh karena itu orangtua harus bisa menjadi penutur bahasa yang baik bagi anaknya, agar kelak disuatu hari nanti tidak terjadi krisis penutur bahasa. Krisis penutur bahasa menjadi akhir dari faktor terlupakannya bahasa ibu, yang pada akhirnya tidak disadari akan punah. Bisa karena terbiasa, membiasakan diri untuk menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari untuk melestarikan warisan budaya sebagai jati diri bangsa, dan akan berdampak pada bertambahnya penutur bahasa. Dengan itu kita bisa dengan mudah mewariskan bahasa tersebut. Jangan sampai kita melakukannya setelah bahasa tersebut diakui oleh negara lain.
https://jambi.antaranews.com/berita/324243/21-februari-hari-bahasa-ibu-internasional

Comments

Popular posts from this blog

Contoh makalah Fisika tantang penerapan Gaya Lorentz