oleh : Ranti
“Dari Sabang sampai Merauke berjajar pulau-pulau,
sambung menyambung menjadi satu itulah Indonesia”, begitulah sebagian kutipan lirik
lagu nasional Dari Sabang sampai Merauke, lagu tersebut menggambarkan bahwa negara
Indonesia merupakan negara yang luas, dan juga begitu kaya. Baik dari segi
kekayaan alam, budaya, seni, suku, maupun bahasanya. Indonesia memiliki 34
provinsi dan tiap provinsi memiliki bahasa yang berbeda, tidak hanya disetiap
provinsi, bahkan disatu provinsi pun tidak hanya memiliki satu bahasa saja.
Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang yang menetap disatu wilayah tertentu,
paham dengan semua bahasa yang ada diseluruh wilayah Indonesia. Misalnya,
bahasa Jawa yang kita tahu bahasa Jawa merupakan bahasa orang-orang Jawa Timur
dan Jawa Tengah, tidak semua penduduk Indonesia paham dengan bahasa Jawa, maka
dari itu bahasa Indonesia hadir sebagai bahasa nasional sebagai bahasa
pemersatu bangsa dari Sabang sampai Merauke dari Miangas hingga Pulau Rote,
agar adanya kesepahaman antara penduduk daerah satu dengan daerah lainnya,
dengan begitu semua penduduk Indonesia dapat bersatu dengan menggunakan bahasa
nasional, yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa pada dasarnya adalah suatu
ciri khas makhluk sosial untuk berkomunikasi. Karena dalam ilmu komunikasi,
bahasa adalah simbol bunyi yang mampu menghasilkan interpretasi efektif. Dengan
bahasa, kita sebagai manusia yang memiliki pikiran, perasaan, dan akal akan
dapat berkomunikasi satu sama lain, memberi makna dan menerima makna. Di
Indonesia, bahasa merupakan satu dari sekian banyak warisan budaya yang harus
dilestarikan dan dipertahankan, terlebih dengan bahasa daerah. Bahasa daerah
yang menjadi ciri khas dan jati diri suatu daerah, suku, ras, dan golongan
tertentu. Misalnya, bahasa Sunda, bahasa yang menjadi ciri dari penduduk Jawa
Barat, dan bahasanya orang-orang yang bersuku Sunda.
Penduduk Indonesia mengenal dengan adanya istilah
bahasa ibu. Bahasa ibu adalah bahasa adat atau bahasa daerah, bahasa yang
berhubungan dengan suatu suku atau etnis tertentu dan digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Jika seseorang dilahirkan dikeluarga bersuku Sunda maka secara
otomatis bahasa ibunya adalah bahasa Sunda, begitu juga dengan orang yang
dilahirkan disuku Batak, maka bahasa ibunya adalah bahasa Batak.
Banyak sumber mengatakan bahwa beberapa bahasa
daerah yang ada di Indonesia berstatus hampir punah. Hal ini menjadi bahan
evaluasi bagi kita sebagai penduduk asli Indonesia yang harus dan mampu
melestarikan budayanya sebagai jati diri bangsa, agar tidak terlupakan. Seiring
berjalannya waktu, dengan adanya arus globalisasi, penggunaan bahasa ibu mulai
terlupakan. Menggunakan bahasa ibu dikehidupan sehari-hari dianggap jadul, kampungan, bahkan dianggap tidak
gaul. Bukan berarti menggunakan bahasa asing tidak dibolehkan, bahasa asing cukup
penting untuk dipelajari, namun bahasa ibu jauh lebih penting untuk dipelajari
karena menyangkut jati diri bangsa dan keberlangsungan bahasa ibu itu sendiri.
Namun terkadang ada sebagian orangtua yang sengaja tidak mengajarkan bahasa ibu
kepada anaknya, semata-mata agar anak tersebut terbiasa menggunakan bahasa Indonesia,
dan menomor duakan bahasa ibunya. Tidak hanya karena arus globalisasi, faktor
politik, ekonomi, perkawinan antar suku, penutur bahasa yang berkurang pun,
menjadi faktor bahwa bahasa ibu keberadaannya mulai terlupakan.
|
http://www.piyunganonline.co/read/jangan-korbankan-bahasa-ibu.html |
Faktor politik, misalnya dengan adanya kebijakan
pendidikan dari pemerintah yang tidak mewajibkan setiap sekolah mengadakan mata
pelajaran bahasa daerah, menjadi satu dari sekian banyak pemicu terlupakannya
bahasa ibu. Faktor ekonomi, karena himpitan ekonomi maka terjadilah urbanisasi,
masyarakat lebih memilih bekerja di kota dibandingkan dengan di desa. Karena
dari segi upah di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Hal ini menuntut
orang desa berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa ibu
lagi, karena penduduk di kota lebih heterogen. Seiring berjalannya waktu tanpa
disadari orang tersebut akan meninggalkan dan bahkan lupa dengan bahasa ibunya.
Perkawinan antar suku, menjadi satu dari
beberapa faktor juga yang menjadi sebab harus dikembalikannnya bahasa daerah sebagai
bahasa ibu. Perkawinan antar suku, misalnya perkawinan yang terjadi antara
orang Sunda dan orang Batak. Orang bersuku Sunda tidak paham bahasa Batak dan
begitupun sebaliknya. Kelak jika pasangan tersebut memiliki keturunan, pada
akhirnya mereka hanya akan menggunakan bahasa Indonesia pada kehidupan
sehari-harinya.
Orangtua, berperan sangat penting dalam mengajarkan
bahasa ibu kepada anaknya. Orangtua merupakan orang pertama yang mengenalkan
bahasa, baik itu bahasa isyarat, bahasa tubuh, ataupun bahasa yang dilisankan.
Baik buruknya seseorang dalam berkomunikasi, terutama dengan menggunakan
bahasa, akan mencerminkan bagaimana seseorang tersebut dididik oleh orangtuanya
dulu, karena dengan lingkungan seperti apapun tetap saja kebiasaan dirumah akan
terbawa pada kehidupan sehari-harinya.
Rumah merupakan sekolah atau madrasah pertama, anak
sebagai muridnya dan orangtua sebagai gurunya, yang pada hakikatnya jika di
sekolah maka murid tersebut harus patuh dan mengikuti apa yang diajarkan oleh
gurunya. Orangtua harus mengajarkan bagaimana caranya berbahasa yang baik,
bertutur kata yang baik, dalam hal berbahasa daerah, bahasa ibu yang ia miliki.
Bagaimana pun orangtua harus bisa mengajak anaknya untuk menggunakan bahasa ibu
dalam kehidupan sehari-hari, minimal mempraktikannya dilingkungan rumah,
bersama ayah, ibu, kakak, adik dan anggota keluarga lainnya. Sehingga anak pun
dapat dengan mudah mengaplikasikannya dilingkungan luar rumah. Oleh karena itu
orangtua harus bisa menjadi penutur bahasa yang baik bagi anaknya, agar kelak
disuatu hari nanti tidak terjadi krisis penutur bahasa. Krisis penutur bahasa
menjadi akhir dari faktor terlupakannya bahasa ibu, yang pada akhirnya tidak
disadari akan punah. Bisa karena terbiasa, membiasakan diri untuk menggunakan bahasa
ibu dalam kehidupan sehari-hari untuk melestarikan warisan budaya sebagai jati
diri bangsa, dan akan berdampak pada bertambahnya penutur bahasa. Dengan itu
kita bisa dengan mudah mewariskan bahasa tersebut. Jangan sampai kita
melakukannya setelah bahasa tersebut diakui oleh negara lain.
|
https://jambi.antaranews.com/berita/324243/21-februari-hari-bahasa-ibu-internasional |
Comments
Post a Comment