Ada apa? Sore itu, badan saya menggigil, tangan dan kaki
terasa dingin badan panas dan kepala terasa sakit sekali. Ah, saya kena demam.
Okay, selepas shalat isya Ayah menyuruh minum obat Paracetamol. Malam demam sempat turun namun kembali naik, pagi hari
Ayah dan Mamah memutuskan untuk mebawa saya ke klinik terdekat. Berangkat
sekitar jam tujuh, daftar menunggu sebentar lalu diperiksa, diberi obat lalu
membayar obat. Obat yang diberikan tidak jauh dari Paracetamol dan obat vitamin. Okay, saya makan lalu meminum obat
tersebut. Setelah beberapa jam obat mulai bereaksi, keringat mulai keluar
lumayan banyak. Demam turun, selang beberapa jam lalu naik lagi. Hmm, saya
pikir ini memang bisa. Saya makan lagi lanjut minum obat lagi. Malam hari,
demam sempat turun keluar keringat banyak sehingga rambut menjadi sangat basah,
demam turun hingga pagi hari, selepas itu demam naik kembali. Kejadian itu
berulang terus menerus hingga minggu sore. Iya, Minggu sore Ayah beserta Mamah
memutuskan untuk membawa saya dan adik saya ke Rumah Sakit Karisma Cimareme,
kebetulan si adik juga ikut-ikut demam dan naik turun juga. Selepas shalat
Ashar, kami bergegas pergi ke RSKC. Sampai disana, daftar, menuggu, hingga
dipanggil dokter dan diperiksa. Sesudahnya diperiksa dokter menyarankan untuk
tes darah, untuk memastikan apa yang terjadi. Yasudah, Saya dan si adik tes
darah iya begitulah diambil darahnya pakai jarum :D. Setengah jam kami menunggu
untuk dipanggil kembali oleh dokter. Dipanggillah kami, kemudian dokter
membacakan hasil labnya, pertama dokter membacakan hasil lab dari si adik,
normal ternyata Alhamdulillah. Kemudian dokter membacakan hasil lab saya dan
ternyata ada yang tidak normal, pada HB dan trombosit. Hmmmm cukup kaget namun
masih tenang, HB dibawah rata-rata entah berapa lupa, namun trombosit kurang
dari batas normal yang harusnya diatas 150.000-400.000 ini hanya 113.000 dokter
bilang saya terkena DBD (Demam Berdarah
Dengue), dokter tidak menyarankan untuk langsung di opname, karena sesuai
prosedur pasien diharuskan diopname jika trombosit sudah drop dibawah 100.000.
“Tunggu saja sampai besok, dan kembali lagi ke sini cek darah lagi” ucapnya.
“Alhamdulillah tidak diopname”, ucap saya dalam hati. Setelah itu kami menebus
obat, obatnya tidak jauh dari Paracetamol,
karena saat itu demam saya masih naik turun. Dan selepasnya kamipun pulang tapi
sempat mampir ke apotek lagi untuk membeli teh angkak dan jus kurma obat alami
yang bisa meningkatkan trombosit. Lalu mampir ke swalayan sekalian untuk
sekedar membeli jus jambu dan camilan lainnya, ya jus jambu juga untuk
meningkatkan kadar trombosit. Malam itu tepat malam takbiran yang keesokan
harinya hari besar umat islam yakni Idul Adha, yup. Sesampainya dirumah saya
dan adik langsung makan, lalu minum obat, selang beberapa saat mamah
menyeduhkan saya teh angkak dicampur jus kurma, manis sedikit sepet :v tapi
tidak apa demi kesembuhan ditelan saja lah ya he he, kemudian lanjut tidur.
Keesokan
harinya pas pagi hari saya dan adik ditinggal Ayah dan Mamah untuk pergi ke
mesjid melaksanakan shalat Idul Adha, orang lain shalat dan menyaksikan hewan
qurban di sembelih saya malah tidak bisa kemana-mana, makan sate pun tidak sama
sekali hhuy :v. Setelahnya itu Ayah dan Mamah pulang, lalu menyiapkan makanan
untuk saya dan adik dan lanjut minum obat sesudahnya minum jus jambu. Begitu
terus berulang hingga sore, makanan, obat, teh angkak jus kurma, jus jambu,
saya minum dan makan demi ingin sehat.
Sorenya ba’da Ashar saya kembali lagi ke RSKC untuk kontrol
atas perintah dokter kemarin, ya berangkatlah kami. Diperjalanan kebetulan
hujan deras otomatis Ayah menyalakan AC karena jika tidak kaca pasti berembun
kan, kondisi saya saat itu masih demam dan kedinginan luar biasa, si adik
demamnya sudah turun jadi dia biasa saja, pusing dan sakit kepala pokoknya
tidak karu-karuan. Sesampainya disana saya langsung dicek darah lagi karena
sudah ada rujukan dari dokter kemarin, sesudahnya petugas lab menyerahkan
kepada dokter dan ternyata trombosit saya makin drop, yang asalnya 130.000
malah menjadi 65.000. Kaget bukan kepalang jika memang harus diopname,
deg-degan, gugup, pokoknya campur aduk. Perawat menyuruh saya untuk menunggu di
ruang UGD saja, disana masih demam dicek tekanan darah dan suhu tubuhnya 39
derajat, panas luar biasa. Kemudian Ayah mengurus administrasi dan dokter jaga
menghubungi dokter bersangkutan yang akan menangani saya nanti. Saya masih juga
tidak karu-karuan shock luar biasa karena takut dan ini merupakan pengalaman
pertama juga.
Sesudah administrasi selesai Ayah kembali pulang kerumah
untuk mengambil perlengkapan selama saya diopname, karena awalnya memang tidak
menyangka akan diopname, karena dari rumah sudah minum teh angkak, jus kurma,
dan jus jambu yang membuat optimis tidak akan diopname. Hmmmm ternyata malah
sebaliknya, dari ruang UGDpun saya sudah di infus, ngeri juga pas jarum masuk
ketangan, sempat pegal dan keram mungkin karena efek adanya benda asing masuk
ketangan jadi demikian.
Tidak lama kemuduian perawat membawa saya keruangan, nama
ruangannya masih melekat di ingatan ruangan “Paviliun Iskandar” kamar 114 no 2,
kebetulan dikelas satu yang hanya untuk dua orang, jadi tidak ribut. Ya, tidak
lama setelahnya diruangan dokter dan perawat datang untuk memeriksa nama
dokternya dr. Yedi Suyadi, Sp.PD, kebetulan dokternya orang sunda :D dokter
memeriksa panasnya masih tetap sama, dokter hanya menyarankan untuk banyak
minum dan banyak makan supaya trombositnya cepat naik kembali dengan dibantu
cairan infusan tentunya, tidak lama perawat datang lagi datang untuk memberikan
obat anti biotik, pake suntikan langsung ke kulit, ini sakit aslinya -_-, tapi
gpp lah. Setelahnya saya disarankan untuk tidur, yang hanya merem-merem tidak
jelas. Sekitar jam 10 atau jam 11 Ayah kembali namun langsung keruangan membawa
selimbut peralatan mandi dan segala macam untuk keperluan selama dirumah sakit.
Setelahnya Ayah pulang kembali kerumah karena khawatir dengan adik saya karena
dia baru saja sembuh, yang jaga hanya mamah.
Keesokan harinya, jam enam petugas lab datang untuk
mengambil darah lagi, darah dicek selama 24jam sekali. Setelahnya sekitar jam
setangah tujuh perawat datang untuk cek tekanan darah dan suhu tubuh, masih 38
derajat. Jam tujuh sarapan datang, bubur! Ugh jika lagi demam makan apapun
terasa eneg ya, ya dimakan saja demi sembuh, mamah yang suapin karena keaadaan
masih pusing dan kebetulan yang diinfus tangan kanan. Dan, yups waktunya visite
dokter, dokter memeriksa dan katanya trombosit malah turun jadi 50.000, kaget
lagi bukan kepalang. Tapi perawat bilang jika masa kritis belum lewat trombosit
masih akan tetap turun, bagaimanapun itu. Obat yang diberikan hanya paracetamol
saja, tidak lebih karena demam saya yang masih naik turun, turun hanya beberapa
jam kemudian naik lagi. Hingga akhirnya demam turun pada hari Kamis tapi
trombosit tetap saja turun meski demam sudah tidak lagi, sekitar hari Rabu
dokter bilang trombosit 25.000 dan sakit ditambah dengan tipes. Ugh, okay
dokter saran lagi kalo perut perihnya perih jus jambu jangan diminum karena
asam, dan tetap harus banyak makan dan minum. Keesokan harinya, pagi petugas
lab datang untuk mengambil darah lagi. Hari kamis, dokter visite dan katanya
trombosit jadi 18.000, waduh drop banget kan, untung tidak sampai ditransfusi
darah -_-. Paginya Ayah telpon mamah untuk menanyakan keadaan dan menanyakan
trombosit juga, berapa katanya, setelah tahu, Ayah kaget bukan kepalang, karena
sesuai pengalaman adiknya pun sama pernah DBD dan trombosit 20.000 harus
ditransfusi. Astaghfirullah -_- untung saja dokter tidak menyarankan untuk
transfusi dan sebagainya karena demam saya sudah dari hari Kamis, jadi jika
dihitung memang hari Kamis adalah masa kritisnya. Perawat bilang tidak usah
panik, karena besok hari Jum’at trombosit sudah pasti akan naik, Alhamdulillah
tenang karena beberapa perawat datang menjelaskan demikian, karena memang
perawat sering datang ke ruangan saya untuk memperbaiki infusan, setiap kali
saya ke kamar mandi setelahnya perawat pasti akan datang, memperbaiki. Keesokan
harinya, Alhamdulillah trombosit sudah naik jadi 31.000 dokterpun mebolehkan hari
Sabtu pulang, Alhamdulillah. Lima hari kemudian saya kontrol masih keleyengan
sedikit, mungkin efek dari tidur terus menerus, karena dokter memerintahkan
untuk dua hari tidur, dua hari duduk, satu hari jalan :v Alhamdulillah hasil
kontrol tidak ada apa-apa trombosit pun sudah diatas 300.000.
Sekian, semoga tidak terhibur. Karena ini bukan lawakan :D
hayo donk, kembali semangat menulis diblognya mbak
ReplyDelete